Mata Uang Rupiah
Rupiah adalah
mata uang resmi
Indonesia. Mata uang ini dicetak dan diatur penggunaannya oleh
Bank Indonesia dengan kode
ISO 4217 IDR. Secara tidak formal, orang Indonesia juga menyebut mata uang ini dengan nama "
perak". Satu rupiah dibagi menjadi
100 sen, walaupun inflasi telah membuatnya tidak digunakan lagi kecuali hanya pada pencatatan di pembukuan
bank.
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 1.1 Satuan di bawah rupiah
- 1.2 Satuan di atas rupiah
- 2 Sejarah nilai tukar rupiah terhadap 1 USD
- 2.1 1946-1965
- 2.2 1966-1996
- 2.3 1997-2000
- 2.4 2001-sekarang
- 3 Denominasi
- 4 Redenominasi rupiah
- 5 Uang baru emisi tahun 2014
- 6 Daftar mata uang bernama seperti rupiah
- 6.1 Sudah tidak ada
- 6.2 Fiksi
- 7 Referensi
- 8 Pranala luar
Sejarah
Nama rupiah sering dikaitkan dengan
rupee mata uang India, namun sebenarnya menurut Adi Pratomo, salah satu
sejarawan uang Indonesia, rupiah diambil dari kata rupia dalam
bahasa Mongolia. Rupia sendiri berarti
perak.
Memang sama dengan arti rupee, namun rupiah sendiri merupakan pelafalan
asli Indonesia karena adanya penambahan huruf ’h’ di akhir kata rupia,
sangat khas sebagai pelafalan orang-orang
Jawa.
Hal ini sedikit berbeda dengan banyak anggapan bahwa rupiah adalah
salah satu unit turunan dari mata uang India. Rupee India sebenarnya
juga dapat dikatakan sebagai turunan dari kata rupia itu sendiri, dengan
begitu rupiah Indonesia memiliki tingkatan yang sama bukan sebagai unit
turunan dari mata uang India tersebut.
Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia belum menggunakan mata
uang rupiah namun menggunakan mata uang resmi yang dikenal sebagai ORI.
ORI memiliki jangka waktu peredaran di Indonesia selama 4 tahun, ORI
sudah mulai digunakan semenjak 1945-1949. Namun, penggunaan ORI secara
sah baru dimulai semenjak diresmikannya mata uang ini oleh pemerintah
sebagai mata uang Indonesia pada
30 Oktober 1946.
Pada masa awal, ORI dicetak oleh Percetakan Canisius dengan bentuk dan
desain yang sangat sederhana dan menggunakan pengaman serat halus.
Bahkan dapat dikatakan ORI pada masa tersebut merupakan mata uang yang
sangat sederhana, seadanya, dan cenderung berkualitas kurang, apalagi
jika dibandingkan dengan mata uang lainnya yang beredar di Indonesia.
Pada masa awal kemerdekaan tersebut, ORI beredar luas di masyarakat
meskipun uang ini hanya dicetak di
Yogyakarta.
ORI sedikitnya sudah dicetak sebanyak lima kali dalam jangka waktu
empat tahun antara lain, cetakan I pada 17 Oktober 1945, seri II pada 1
Januari 1947, seri III dikeluarkan pada 26 Juli 1947. Pada masa itu, ORI
merupakan mata uang yang memiliki nilai yang sangat rendah jika
dibandingkan dengan uang-uang yang dikeluarkan oleh de Javasche Bank.
Padahal uang ORI adalah uang langka yang semestinya bernilai tinggi.
Pada
8 April 1947, gubernur provinsi Sumatera mengeluarkan rupiah
Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera (URIPS). Sejak
2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang baru.
Kepulauan Riau dan
Irian Barat memiliki variasi rupiah mereka sendiri, tetapi penggunaannya dihapuskan pada tahun
1964 di Riau dan
1974 di Irian Barat.
Krisis ekonomi Asia tahun
1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan
Soeharto.
Rupiah merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas tetapi
diperdagangkan dengan penalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi.
Satuan di bawah rupiah
Rupiah memiliki satuan di bawahnya. Pada masa awal kemerdekaan, rupiah disamakan nilainya dengan
Gulden Hindia Belanda,
sehingga dipakai pula satuan-satuan yang lebih kecil yang berlaku di
masa kolonial. Berikut adalah satuan-satuan yang pernah dipakai, namun
tidak lagi dipakai karena penurunan nilai rupiah menyebabkan satuan itu
tidak bernilai penting.
Sebutan |
Nilai |
Keterangan |
Sen (¢) |
Rp0,01 |
ada koin pecahan 1 dan 5 ¢ |
Cepeng, Hepeng |
0,25¢ |
dari feng, dipakai di kalangan Tionghoa |
Peser |
0,50¢ |
|
Pincang |
1,50¢ |
|
Gobang, Benggol |
2,50¢ |
|
Ketip, Kelip, Stuiver (bahasa Belanda) |
Rp0,05 |
ada koin pecahannya |
Picis |
Rp0,10 |
ada koin pecahannya |
Tali |
Rp0,25 |
ada koin pecahan 25 dan 50 ¢ |
Uang |
8,33¢ |
⅓ tali |
Satuan di atas rupiah
Terdapat 2 satuan di atas rupiah yang sekarang juga tidak dipakai lagi.
Sebutan |
Nilai |
Keterangan |
Ringgit |
Rp2,50 |
pernah ada koin pecahannya |
Kupang |
Rp1,25 |
½ ringgit |
Sejarah nilai tukar rupiah terhadap 1 USD
Berdasarkan laporan akhir tahun sebagai berikut:
1946-1965
Tahun |
USD-IDR |
1946-1949 |
??? |
Nov 1949 |
3,80 |
Mar 1950 |
7,60 |
Feb 1952 |
11,40 |
Des 1956 |
31,00 |
Des 1957 |
49,00 |
Des 1958 |
90,00 |
Jul 1962 |
1.205,00 |
Agt 1965 |
2.295,00 |
Nov 1965 |
4.995,00 |
Des 1965 |
0,25 |
1966-1996
Tahun |
USD-IDR |
1966-1970 |
250,00 |
Apr 1970 |
378,00 |
Agt 1971 |
415,00 |
Nov 1978 |
625,00 |
Des 1980 |
626,00 |
Des 1982 |
702,50 |
Mar 1983 |
970,00 |
Des 1985 |
1.110,00 |
Agt 1986 |
1.334,00 |
Sep 1986 |
1.664,00 |
Des 1990 |
1.842,00 |
Des 1995 |
2.248,00 |
1997-2000
Tahun |
USD-IDR |
Jun 1997 |
2.350,00 |
Agt 1997 |
2.955,00 |
Nov 1997 |
3.700,00 |
Des 1997 |
5.915,00 |
Jan 1998 |
14.800,00 |
Feb 1998 |
7.400,00 |
Apr 1998 |
8.000,00 |
Jun 1998 |
16.800,00 |
Jun 1999 |
6.800,00 |
Okt 1999 |
6.500,00 |
Des 1999 |
7.900,00 |
Des 2000 |
9.725,00 |
2001-sekarang
Tahun |
USD-IDR |
2001 |
10.265 |
2002 |
9.260 |
2003 |
8.570 |
2004 |
8.985 |
2005 |
9.705 |
2006 |
9.200 |
2007 |
9.125 |
2008 |
9.666 |
2009 |
9.447 |
2010 |
9.036 |
2011 |
9.113 |
2012 |
9.718 |
2013 |
12.250 |
Sumber:
- untuk tahun tahun 1965-2009[2]
- untuk tahun 1945-1949 rupiah masih dalam taraf mencari pengakuan dari luar negeri
- untuk tahun 1950-an, rupiah dipatok tinggi tetapi sebenarnya di pasar gelap rupiah diperdagangkan jauh lebih rendah
- untuk tahun 1950 nilai Rp7,6 per USD adalah untuk ekspor dan Rp11,4 per USD adalah untuk impor
- untuk tahun 1964 dasarnya adalah UU No. 32/1964[3]
- tahun 1965 diperkenalkan rupiah baru dengan mencoret 3 angka nol
- untuk tahun 1970, 1971, 1978 adalah devaluasi yang dilakukan dalam
keadaan mata uang ditentuka nilainya terhadap dolar oleh pemerintah[4]
- diberlakukan sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali mulai tahun 1978 sampai Juli 1997[5]
- IMF yang dikutip Nation Master pada 1980, 1985, 1990, 1995, 2000, 2005[6]
- untuk tahun 1999, 2001, 2002, 2003, 2004 [7]
- untuk perkiraan tahun 2006[8]
- untuk perkiraan tahun 2007[9]
- untuk tahun 2008[10]
- untuk tahun 2009-sekarang[11]
Denominasi
Rupiah Kertas [1] |
Nilai |
TE |
TST |
TNP |
Ukuran (mm) |
Warna Dominan |
Gambar |
Tanda Air |
Panjang |
Lebar |
Depan |
Belakang |
Rp1.000 |
2000 |
2012 |
1952 |
141 |
65 |
Cyan |
Kapten Pattimura |
Pulau Tidore dan Pulau Maitara |
Cut Nyak Meutia |
Rp2.000 |
2009 |
2013 |
2009 |
141 |
65 |
Abu-abu |
Pangeran Antasari |
Tarian adat Dayak |
Pangeran Antasari |
Rp5.000 |
2001 |
1958 |
143 |
65 |
Kuning |
Tuanku Imam Bonjol |
Pengerajin tenun Pandai Sikek |
Cut Nyak Meutia |
Rp10.000 |
2005 |
2009 |
1964 |
148 |
72 |
Merah Ungu |
Sultan Mahmud Badaruddin II |
Rumah Limas |
Sultan Mahmud Badaruddin II |
2010 |
2013 |
Biru Ungu |
Rp20.000 |
2004 |
1992 |
152 |
72 |
Hijau |
Otto Iskandardinata |
Pemetik teh |
Otto Iskandardinata |
Rp50.000 |
2005 |
1993 |
152 |
72 |
Biru |
I Gusti Ngurah Rai |
Pura Ulun Danu Bratan |
I Gusti Ngurah Rai |
Rp100.000 |
2004 |
1999 |
151 |
65 |
Merah muda |
Soekarno dan Mohammad Hatta |
Gedung DPR/MPR |
Garuda Pancasila |
Rupiah Koin [2] |
Nilai |
TE |
Ukuran (mm) |
Massa (gr) |
Material |
Gambar |
Diameter |
Tebal |
Depan |
Belakang |
Rp50 |
1999 |
20 |
2,00 |
1,36 |
Aluminum |
Gambar "50" dan burung kepodang |
Garuda Pancasila |
Rp100 |
1999 |
23 |
2,30 |
2,38 |
Burung kakatua raja |
Rp200 |
2003 |
23 |
2,30 |
2,38 |
Burung jalak bali |
Rp500 |
1997 |
24 |
1,83 |
5,34 |
Almunium/Perunggu |
Bunga melati |
2003 |
27 |
2,50 |
3,10 |
Almunium |
Rp1.000 |
1993 |
26 |
2,00 |
8,60 |
Nikel/Perunggu |
Gambar "1000" dan pohon kelapa sawit |
2010 |
24 |
1,60 |
4,50 |
Nikel & Baja |
Garuda Pancasila dan "1000" |
Angklung dan Gedung Sate |
* TE: Tahun Emisi
* TST: Tahun Seri Terkini
* TNP: Tahun Nilai Pertama
Redenominasi rupiah
Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter di Indonesia merencanakan kebijakan untuk
pengurangan nilai pecahan mata uang rupiah tanpa mengurangi nilainya
dengan cara menghilangkan 3 angka 0 terakhir (x000 menjadi x). Rencana
kebijakan ini dilontarkan oleh Bank Indonesia pada awal
Mei 2010 dan dikonfirmasikan oleh Gubernur BI terpilih,
Darmin Nasution pada
31 Juli 2010. Kebijakan redenominasi ini diambil setelah hasil riset
Bank Dunia
menyebutkan bahwa uang pecahan Rupiah Indonesia Rp100.000 adalah yang
terbesar kedua di dunia setelah Dong Vietnam (VND) 500.000.
[12] Proses redenominasi akan mundur dari rencana yang semula akan direalisasikan pada 14 Agustus 2014.
[13]
Kertas
Saat ini |
Nanti |
100.000 |
100 |
50.000 |
50 |
20.000 |
20 |
10.000 |
10 |
5.000 |
5 |
2.000 |
2 |
Logam
Saat ini |
Nanti |
1.000 |
1 |
500 |
50¢ |
200 |
20¢ |
100 |
10¢ |
50 |
5¢ |
10 |
1¢ |
Uang baru emisi tahun 2014
Rencana semula Bank Indonesia meredenominasikan rupiah terganjal
kondisi perekonomian global yang belum stabil dan pembahasan
Undang-undang Redenominasi yang terhenti akibat agenda pemilu 2014.
Target semula realisasi redenominasi pada 14 Agustus 2014 akan berubah
dengan wajah uang baru, yaitu Uang Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Uang NKRI).
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang,
Rupiah ditempatkan sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang
harus dihormati dan dibanggakan seluruh warga negara Indonesia.
[14]
Dengan demikian, Bank Indonesia tidak lagi menjadi institusi tunggal
yang berwenang mencetak uang Rupiah. Nantinya Bank Indonesia harus
selalu berkoordinasi dengan pemerintah, yakni kementerian keuangan dalam
hal rencana mencetak uang, penerbitan uang, hingga penarikan dan
pemusnahan uang yang lama.
Setelah tidak lagi menjadi institusi tunggal pencetak uang Rupiah,
frasa Bank Indonesia yang terdapat di setiap pecahan Rupiah saat ini
akan diganti menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu,
perubahan lainnya pada uang NKRI nantinya adalah akan adanya tanda
tangan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia dan sistem
pengamanan baru anti pemalsuan pada uang kertas.